Deepfake Berawal dari Reddit

Evolusi signifikan terjadi pada 2017 ketika seorang pengguna Reddit menciptakan komunitas daring dalam blog itu

Deepfake Berawal dari Reddit
Photo by Markus Spiske / Unsplash

Menteri Keuangan Sri Mulyani disebut menjadi korban deepfake. Videonya saat berpidato di sebuah acara di Institut Teknologi Bandung, diubah dengan narasi berbeda. Dalam video palsu itu, Sri Mulyani menyatakan "guru beban negara". Padahal, ia mengaku tak pernah mengatakan hal itu.

Lantas, apa itu deepfake. Istilah ini merupakan gabungan dari dua kata: deep yang merujuk pada deep learning (pembelajaran mendalam), sebuah cabang dari kecerdasan buatan (AI), dan fake yang berarti palsu atau tidak nyata.

Secara teknis, deepfake merupakan bentuk media sintesis yang mencakup gambar, video, atau audio yang telah dimanipulasi secara realistis menggunakan alat berbasis AI.

Teknologi ini bekerja dengan memanfaatkan jaringan saraf tiruan (neural networks) seperti GANs (Generative Adversarial Networks) dan VAEs (Variational Autoencoders) untuk menggabungkan, menukar, atau menimpa elemen-elemen media secara mulus, sehingga menghasilkan konten palsu yang sangat meyakinkan.

Proses ini memungkinkan manipulasi wajah atau suara seseorang ke dalam video lain, menampilkan mereka seolah-olah mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak pernah terjadi.

Perkembangan teknologi deepfake telah berevolusi melalui beberapa fase, dimulai dari penelitian akademis pada 1990-an. Evolusi signifikan terjadi pada 2017 ketika seorang pengguna Reddit menciptakan komunitas daring dalam blog itu, yang secara khusus membagikan video hasil teknologi face-swapping untuk menukar wajah selebriti ke dalam konten pornografi yang sudah ada.

Sejak saat itu, teknologi tersebut mulai melebar ke pengembangan aplikasi desktop seperti "FakeApp" pada 2018, diikuti alternatif sumber terbuka seperti "Faceswap" dan "DeepFaceLab". Pembuatan video deepfake kemudian menjadi lebih mudah dan dapat diakses khalayak luas.

Kemudahan akses terhadap alat AI generatif ini secara langsung berkorelasi dengan proliferasi konten deepfake di ruang digital, mengubahnya dari fenomena teknis menjadi ancaman yang bisa dimanfaatkan oleh siapa pun, dari pelaku kejahatan siber hingga penyebar disinformasi.*