Iran Hukum Mati Jurnalis Pemicu Protes Anti Pemerintah

Zam sempat dipenjara beberapa waktu setelah berlangsungnya protes pemilihan presiden Iran 2009. Setelah itu melarikan diri ke Perancis.

BNOW ~ Iran menghukum mati jurnalis Ruhollah Zam, 47 tahun, yang dituduh menginspirasi terjadinya unjuk rasa memprotes kondisi ekonomi nasional pada 2017.

Televisi pemerintah Iran dan kantor berita IRNA yang dikelola pemerintah melaporkan Zam dihukum gantung pada Sabtu pagi, 12 Desember 2020.

Eksekusi terhadap Zam terjadi setelah ia kembali dari pengasingan di Paris secara misterius.

Juni lalu, pengadilan yang menjatuhkan hukuman mati mengatakan Zam dihukum karena “korupsi di bumi”. Tuduhan ini sering digunakan dalam kasus-kasus yang melibatkan spionase atau upaya menggulingkan pemerintah.

Bagi pemerintah Iran, istilah ini digunakan untuk menggambarkan kejahatan besar dalam sistem peradilan negara Republik Islam tersebut. Zam sendiri didakwa atas 13 tuduhan kejahatan. Salah satunya menghina Khamenei, sebuah masalah serius di Iran.

Media Iran farsnews.ir menyebut Zam sebagai pemimpin jaringan kontra-revolusioner dan pemimpin kerusuhan Januari 1996.

Pendiri AmadNews

Zam adalah pendiri dan direktur media Amadnews. Dia mendirikan AmadNews pada 2015 dari pengasingan dan menjadikannya sebagai saluran untuk menyebarkan informasi yang mengkritik pemerintah.

Channel Telegram situsweb tersebut memiliki lebih dari satu juta pengikut. Di situlah secara gencar Zam menyebarkan informasi yang menurut para pejabat Iran telah menghasut unjuk rasa sejak akhir 2017 hingga 2018.

Demo 2017 dipicu lonjakan harga pangan secara tiba-tiba. Penentang garis keras Presiden Iran Hassan Rouhani menghasut demonstrasi pertama di kota konservatif Masyhad di timur laut Iran. Mereka mencoba mengarahkan kemarahan publik pada presiden.

Namun, ketika protes menyebar dari kota ke kota, reaksi malah berbalik melawan seluruh kelas penguasa di Iran.

Tak lama, seruan langsung menantang Rouhani dan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menggaung di video yang dibagikan Zam di situs dan saluran Telegram Amadnews.

Saluran itu mendadak menjadi terkenal selama protes karena memainkan peran kunci dalam menyebarkan informasi tentang protes tersebut.

Zam dituduh memicu protes dan mengajarkan pengunjuk rasa cara membuat bom molotov melalui saluran Telegramnya.

Telegram sempat menutup saluran tersebut karena keluhan pemerintah Iran terkait bom molotov.

“Saluran Telegramnya secara rutin memuat cerita dan eksklusif tentang dugaan korupsi,” ujar jurnalis Al Jazeera, Assed Baig.

Zam membantah menghasut kekerasan di Telegram pada saat itu. Namun, jurnalis cum aktivis tersebut telah terlanjur dianggap mengganggu keamanan internal dan eksternal negara.

Demonstrasi 2017 menyebabkan sekitar lima ribu orang ditahan dan 25 tewas.

Ditangkap IRGC

Zam sempat dipenjara beberapa waktu setelah berlangsungnya protes pemilihan presiden Iran 2009. Setelah itu dia melarikan diri ke Perancis.

Sejak saat itu, Iran berulang kali menuduhnya bekerja untuk badan intelijen asing.

Islamic Revolutionary Guard Corps (IRGC) atau Korps Pengawal Revolusi Islam menangkap Ruhollah Zam pada Oktober 2019.

Penangkapan ini agak aneh. Entah bagaimana, tiba-tiba Zam kembali dari Paris. Dia salah satu dari beberapa tokoh oposisi di pengasingan yang telah kembali ke Iran selama setahun terakhir.

IRGC mengatakan Ruhollah Zam “dipandu kembali Iran” sebagai bagian dari “operasi intelijen yang rumit”.

Mereka menuduh Zam berada “di bawah bimbingan” dan perlindungan badan intelijen di Prancis, Israel, dan Amerika Serikat.

Namun dengan menggunakan “metode intelijen modern dan taktik inovatif”, IRGC mengklaim dapat “menipu” badan intelijen asing tersebut dan membujuk Zam kembali ke Iran.

Al Jazeera menyebutkan ada laporan Zam dibujuk untuk pergi ke Irak lebih dulu lalu diserahkan kepada intelijen Iran.

Penangkapan Zam, yang diumumkan di televisi milik negara, dipuji sebagai kemenangan atas badan intelijen Barat.

IRGC juga memposting berita penangkapannya di saluran Telegram Zam yang telah mereka ambil alih.

Zam kemudian disidang di cabang 15 Pengadilan Revolusi Teheran. Hakim Abolqasem Salavati memvonisnya hukuman mati.

Zam adalah putra ulama syiah Mohammad Ali Zam, seorang reformis yang pernah menjadi pejabat Iran era 1980-an. Mohammad Ali menulis surat yang diterbitkan media Iran pada Juli 2017 di mana dia mengatakan tidak akan mendukung kegiatan anaknya itu.

Facebook Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *