Perang Tigray Hancurkan Masjid Tertua Afrika yang Dibangun Sahabat Nabi

Sebelum gambar masjid tersebut dipublikasikan di media sosial, pejabat pemerintah Ethiopia tidak membahas tentang penghancuran masjid tersebut.

Pemandangan di Pucok Krueng. (Foto Breedie/Zeds)

BNOW ~ Salah satu masjid tertua di Afrika, Al-Nejashi, yang dibangun oleh pengikut awal Nabi Muhammad kini hancur akibat Perang Tigray di utara Ethiopia.

Masjid yang terletak di daerah Wukro, sekitar 800 kilometer utara ibu kota Ethiopia itu dilaporkan hancur di beberapa bagian. Artefak-artefak penting di dalam masjid ikut dijarah.

Di dalam gambar yang beredar di media sosial, tampak sebagian kubah masjid yang dibangun pada abad ketujuh tersebut hancur. Gambar juga memperlihatkan puing-puing kubah yang runtuh memenuhi lantai masjid.

Sebelumnya, pada 18 Desember, sebuah organisasi melaporkan masjid tersebut pertama kali dibom dan kemudian diduga dijarah oleh pasukan Ethiopia dan Eritrea. Laporan juga menyebutkan telah terjadi pembunuhan di masjid tersebut.

Ahmed Siraj, perwakilan dari Asosiasi Internasional Muslim regional di Tigray, mengatakan kepada Middle East Eye bahwa organisasinya telah mencatat kematian beberapa orang yang dibunuh tentara Eritrea setelah sebagian masjid dihancurkan.

“Sejumlah orang yang tidak bersalah, termasuk ayah dari empat anak, dibunuh oleh tentara Eritrea hanya karena memprotes penjarahan masjid pada 26 November,” ujar Siraj.

Sejumlah artefak diyakini Siraj telah dicuri dari masjid, termasuk manuskrip kuno, buku, dan surat yang berasal dari abad ketujuh. Sementara bagian makam beberapa pengikut Nabi Muhammad juga membutuhkan perbaikan.

Dibangun oleh Sahabat Nabi

Al-Nejashi yang disebut-sebut sebagai situs Warisan Dunia Unesco memegang peran penting dalam sejarah Islam. Di sinilah hijrah pertama kali dilakukan oleh para sahabat Nabi setelah penganiayaan dan penyiksaan di Mekah.

Ahmedin Jebel, sarjana dan penulis Muslim Ethiopia terkemuka, mengatakan masjid itu dibangun oleh para pengikut awal Nabi Muhammad yang melarikan diri dari penganiayaan suku Quraisy yang berkuasa di Mekah.

Nabi Muhammad kala itu memerintahkan para pengikutnya menuju ke Kerajaan Aksum yang terletak di Ethiopia saat ini. Aksum yang dipimpin seorang raja Kristen bernama Nejashi, akan menawarkan tempat perlindungan kepada mereka.

Mereka pun berangkat menyeberangi Laut Merah dan mencapai Tanduk Afrika untuk mendirikan komunitas Muslim pertama di sana.

“Dua belas pria dan empat wanita memperhatikan nasihat nabi, menuju ke Kerajaan Aksum. Di antara mereka terdapat Ruqayyah binti Muhammad, putri nabi sendiri,” ujar Jebel.

Raja Aksum menerima dan melindungi dengan baik para pengikut Nabi Muhammad. Bahkan, tambah Jebel, Nejashi menolak suap dari pemuka Quraisy agar menyerahkan tamunya yang melarikan diri dari tanah air mereka untuk mencari kebebasan.

Nejashi kemudian memeluk Islam hingga akhir hayatnya. Untuk menghormatinya, para pengikut Nabi membangun masjid dan memberinya nama Al-Nejashi. “Masjid itu memiliki sejarah yang kaya akan keadilan dan toleransi.”

Jebel pesimis dengan inisiatif dari Otoritas Pelestarian Budaya Ethiopia untuk memperbaiki masjid. “Ada upaya terkonsentrasi oleh otoritas pelestarian untuk menutupi kerusakan masjid selama berminggu-minggu,” jelasnya.

Masjid Al-Nejashi pada 2018.@anews.com.tr
Masjid Al-Nejashi pada [email protected]

Hancur Setelah Ribuan Tahun

Siraj juga merasakan hal yang sama. “Ini membuatku hancur. Tidak ada preseden untuk ini. Masjid Al-Nejashi telah ada selama ribuan tahun.”

Selama ribuan tahun itu, kata Siraj, berbagai macam tiran berkuasa di Ethiopia. “Termasuk beberapa tiran yang menargetkan Muslim untuk ditindas. Tapi tidak ada yang berani menyentuh masjid itu.”

Fakta bahwa masjid tertua Afrika hancur pertama kali pada abad ke-21, kata dia, sangat mengejutkan dan harus mengkhawatirkan semua orang Etiopia.

Pejabat pemerintah Ethiopia tidak membahas soal penghancuran tersebut, sebelum gambar masjid dipublikasikan di media sosial.

Sementara informasi di lapangan sulit diverifikasi karena pembatasan ketat pemerintah Ethiopia di Tigray.

Laporan kejadian yang paling banyak beredar menduga masjid dihantam senjata berat milik tentara Eritrea atau Ethiopia. Setelah itu, masjid dijarah oleh tentara Eritrea yang merupakan sekutu Ethiopia dalam perang Tigray.

Konflik antara tentara Ethiopia dan Eritrea melawan pasukan Front Pembebasan Rakyat Tigray berlangsung sejak 4 hingga 28 November 2020. Puluhan ribu warga Ethiopia melarikan diri ke negara tetangga Sudan. Sementara tuduhan kejahatan kekerasan terhadap warga sipil terus mencuat.

Facebook Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *